Minggu, 18 Juni 2023

Penyebab, Faktor risiko dari Lupus

Penyebab Lupus

Lupus merupakan penyakit autoimun. Kondisi ini terjadi saat sistem imun yang seharusnya melindungi tubuh dari infeksi atau cedera justru menyerang sel dan jaringan yang sehat. Hal ini akan menyebabkan peradangan dan kerusakan pada berbagai organ dan bagian tubuh.

Penyebab lupus belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat memicu terjadinya lupus, yaitu:

Faktor Risiko Lupus

Selain faktor-faktor di atas, seseorang juga lebih mungkin menderita lupus bila memiliki salah satu kondisi berikut:

  • Berjenis kelamin wanita
  • Berusia antara 15–45 tahun
  • Memiliki keluarga yang juga menderita lupus atau penyakit autoimun lain

Saat seseorang mengalami lupus, gejala yang timbul terkadang sangat ringan, tetapi juga bisa menjadi parah. Umumnya, gejala parah akan timbul saat penderita lupus mengalami salah satu kondisi berikut:

  • Terpapar sinar matahari langsung
  • Mengalami stres atau tekanan
  • Mengalami kelelahan
  • Mengalami penyakit infeksi
  • Tidak mengonsumsi obat lupus sesuai dengan anjuran

Gejala lupus sangat beragam dan bisa berbeda pada tiap penderitanya. Hal ini karena lupus bisa menyerang berbagai organ atau jaringan tubuh. Beberapa gejala yang muncul saat seseorang mengalami lupus bisa dirasa ringan atau berat, terjadi tiba-tiba atau bertahap, dan berlangsung sementara atau permanen.

Ada beberapa jenis lupus yang sering terjadi, yaitu:

  • Systemic lupus erythematosus (SLE), yaitu lupus yang terjadi di beberapa bagian tubuh, seperti kulit, sendi, ginjal (lupus nefritis), paru-paru, jantung, hingga sistem saraf
  • Cutaneous lupus erythematosus, yaitu lupus yang hanya terjadi di kulit
  • Drug induced lupus, yaitu lupus yang terjadi akibat penggunaan obat-obatan, seperti terbinafine, fenitoin, procainamide, hidroxyzine
  • Neonatal lupus, yaitu jenis lupus langka yang hanya terjadi pada bayi yang baru lahir

Meski gejalanya sangat bervariasi, ada beberapa gejala yang sering muncul pada penderita lupus, yaitu:

  • Sering merasa kelelahan meski sudah cukup beristirahat
  • Muncul ruam dari batang hidung sampai kedua pipi (butterfly rash)
  • Muncul ruam di bagian tubuh lain, seperti tangan dan pergelangan tangan
  • Ruam kulit bertambah parah, nyeri, atau gatal, jika terpapar sinar matahari
  • Sendi terasa nyeri, kaku, atau bengkak
  • Demam secara tiba-tiba
  • Mulut dan mata terasa kering
  • Sesak napas
  • Nyeri dada
  • Sakit kepala
  • Linglung
  • Daya ingat menurun

Selain gejala yang sering muncul di atas, sejumlah gejala di bawah ini juga bisa dialami oleh penderita lupus:

  • Sariawan
  • Rambut rontok
  • Kejang
  • Pembengkakan pada pergelangan kaki akibat penumpukan cairan
  • Fenomena Raynaud, yaitu jari-jari tangan dan kaki memutih atau membiru jika terpapar hawa dingin atau saat sedang stres

Kapan Harus ke Dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, terutama jika mengalami ruam yang disertai nyeri sendi atau kelelahan terus-menerus. Hal ini penting dilakukan agar penyebabnya dapat diketahui dan ditangani sejak awal.

Segera ke dokter jika Anda mengalami gejala lupus berat, seperti nyeri dada, sesak napas, kejang, sakit kepala parah, bahkan pingsan. Hal ini penting dilakukan agar kondisi Anda dapat segera ditangani sehingga komplikasi dapat dicegah.

Jika Anda sudah didiagnosis mengalami lupus, ikutilah jadwal pemeriksaan yang diberikan oleh dokter sehingga kondisi Anda dapat terpantau.


Diagnosis

Lupus sulit untuk didiagnosis karena gejalanya beragam dan bisa berbeda-beda pada tiap penderita. Untuk mendiagnosis lupus, dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk memeriksa ada tidaknya ruam dan peradangan sendi yang sering muncul pada penderita lupus.

Dokter juga akan melakukan sejumlah pemeriksaan penunjang di bawah ini untuk membantu mendiagnosis lupus:

  • Tes darah lengkap, untuk mengukur jumlah sel darah dan mengetahui seberapa baik fungsi ginjal juga fungsi hati
  • Tes urine, untuk mengukur kadar protein atau sel darah merah di dalam urine
  • Pemeriksaan ANA (antinuclear antibody), untuk memeriksa keberadaan sel antibodi tertentu dalam darah yang biasanya dimiliki penderita lupus
  • Ekokardiografi (USG jantung), untuk mendeteksi aktivitas jantung dengan menggunakan gelombang suara sehingga dapat diketahui adanya kerusakan di jantung
  • Rontgen dada, untuk mengetahui kondisi paru-paru, termasuk mendeteksi peradangan dan penumpukan cairan di dalamnya
  • Biopsi kulit atau ginjal, untuk mengetahui ada tidaknya jaringan yang tidak normal pada kulit dan ginjal

Setelah dilakukan rangkaian pemeriksaan di atas, diagnosis lupus ditegakkan oleh dokter jika pasien memiliki atau mengalami setidaknya empat dari sebelas kriteria berikut:

  • Butterfly rash atau malar rash
  • Discoid rash, yaitu ruam merah di kulit yang menyisakan bekas jaringan parut
  • Kulit yang sensitif terhadap paparan cahaya matahari
  • Sariawan
  • Radang sendi (arthritis)
  • Gangguan ginjal, yang ditandai dengan munculnya protein pada urine
  • Gangguan saraf, yang ditandai dengan kejang atau psikosis
  • Peradangan pada lapisan pembungkus paru-paru (pleuritis) atau lapisan pembungkus jantung (perikarditis)
  • Gangguan darah, seperti anemia, leukopenia, atau trombositopenia
  • Gangguan sistem imun, yang ditandai dengan adanya antibodi tertentu, seperti anti-dsDNA
  • ANA (antinuclear antibody) berada di atas nilai normal

Sulitnya proses diagnosis lupus membuat sebagian besar penderitanya baru mengetahui kondisi ini kurang lebih 5 tahun setelah muncul gejala pertama.


Pengobatan Lupus

Lupus tidak bisa disembuhkan. Akan tetapi, dokter dapat memberikan tindakan untuk meringankan gejala, mencegah kekambuhan penyakit, dan meminimalkan risiko kerusakan pada organ.

Perkembangan penyakit lupus bisa berubah-ubah sehingga pilihan obat dan cara pengobatan pada satu pasien dapat berganti seiring berjalannya waktu. Oleh sebab itu, tindakan yang diberikan akan disesuaikan dengan gejala dan tingkat keparahan penyakit.

Berikut ini adalah pilihan penanganan yang dapat dilakukan:

Pemberian Obat-obatan

Beberapa obat yang dapat diberikan pada penderita lupus adalah:

Perubahan Gaya Hidup

Lupus merupakan penyakit jangka panjang dengan gejala yang dapat hilang timbul. Oleh karena itu, selain menggunakan obat dari dokter, pasien juga akan dianjurkan untuk menjalani gaya hidup sehat agar pengobatannya efektif.

Gaya hidup sehat yang dimaksud adalah:

  • Melindungi kulit dari paparan sinar matahari secara langsung, misalnya dengan menggunakan pakaian tertutup dan mengoleskan tabir surya
  • Berolahraga rutin, untuk menjaga kekuatan otot, tulang, serta memperbaiki suasana hati
  • Beristirahat dan tidur yang cukup
  • Mengendalikan stres dengan baik
  • Menerapkan pola makan sehat, seperti memperbanyak konsumsi buah, sayur, dan biji-bijian utuh
  • Mengonsumsi vitamin dan suplemen, seperti vitamin D atau suplemen kalsium, jika disarankan dokter
  • Menghindari konsumsi minuman beralkohol, karena alkohol bisa berinteraksi dengan beberapa obat untuk lupus
  • Berhenti merokok, karena kebiasaan ini berdampak buruk pada kesehatan tubuh, termasuk paru-paru dan jantung
  • Melakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami penyakit infeksi

Penderita lupus juga disarankan untuk melakukan kontrol rutin sesuai jadwal yang diberikan oleh dokter. Hal ini bertujuan agar kondisi dan kemajuan pengobatan bisa terpantau.

Dengan tekun menjalani pengobatan dan menerapkan gaya hidup sehat, sekitar 80–90% penderita lupus dapat hidup normal dengan angka harapan hidup yang tinggi.


Komplikasi Lupus

Jika tidak ditangani, lupus dapat menyebabkan beragam komplikasi, seperti:

  • Kerusakan ginjal, salah satunya berujung pada gagal ginjal
  • Gangguan pada sistem saraf atau otak, misalnya kejang
  • Gangguan pada darah, seperti peradangan pembuluh darah (vaskulitis)
  • Gangguan pada paru-paru, seperti pleuritis
  • Gangguan pada jantung, seperti perikarditis
  • Rentan mengalami penyakit infeksi
  • Avaskular nekrosis atau kematian jaringan tulang

Penderita lupus harus berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum merencanakan kehamilan, karena lupus dapat menyebabkan komplikasi pada kehamilan, seperti keguguran, kelahiran prematur, preeklamsia, dan gangguan jantung pada janin.


Referensi

Centers for Disease Control and Prevention (2018). Lupus. Managing Lupus.
Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Lupus.
Jr., W. Emedicine Health (2022). Lupus (Systemic Lupus Erythematosus).
Normandin, B. Healthline (2022). Everything You Need to Know About Lupus.
Pichardo, G. WebMD (2020). Lupus.

Women’s Health (2019). Diseases and Conditions. Lupus and Women.
Ozeri, D. Verywell Health (2021). Lupus.

American College of Rheumatology (2021). Diseases & Conditions. Lupus.

National Health Service UK (2020). Health A to Z. Lupus.
Cleveland Clinic (2021). Disease & Conditions. Lupus (Systemic Lupus Erythematosus).

Referensi: https://www.alodokter.com/lupus

Vidio tentang Lupus: 



Lupus

Pengertian dan cara mencegah terjadinya Lupus

Penyakit lupus atau lupus eritematosus adalah penyakit autoimun kronis yang bisa menyebabkan peradangan di beberapa bagian tubuh, seperti kulit, sendi, ginjal, hingga otak. Lupus dapat dialami oleh siapa saja, tetapi lebih sering dialami oleh wanita.

Pada kondisi normal, sistem imun akan melindungi tubuh dari infeksi atau cedera. Akan tetapi, pada orang yang mengalami penyakit autoimun seperti lupus, sistem imun justru menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh yang sehat.

Lupus - Alodokter

Lupus terbagi dalam beberapa jenis, yaitu systemic lupus erythematosus (SLE), lupus pada kulit (cutaneus lupus), lupus akibat obat (drug induced lupus), dan lupus yang terjadi pada bayi baru lahir (neonatal lupus).

Penyebab dan Gejala Lupus

Penyebab lupus belum diketahui secara pasti. Kombinasi dari faktor genetik dan lingkungan sering dikaitkan dengan terjadinya lupus. Beberapa pemicu munculnya gejala lupus adalah paparan sinar matahari, penyakit infeksi, atau obat-obatan tertentu.

Lupus dapat menyebabkan peradangan di berbagai organ dan bagian tubuh. Hal ini menyebabkan gejala lupus bisa berbeda pada penderitanya. Meski begitu, terdapat sejumlah gejala umum yang bisa terjadi, seperti nyeri dan kaku pada sendi, lelah, ruam kulit, sensitif terhadap sinar matahari, dan penurunan berat badan.

Pengobatan dan Pencegahan Lupus

Lupus tidak dapat disembuhkan. Pengobatan yang ada sebatas untuk meredakan keluhan, mencegah munculnya gejala, dan menghambat perkembangan penyakit. Metode pengobatannya bisa berupa pemberian obat-obatan, penerapan pola hidup sehat, dan pengelolaan stres dengan cara yang positif.

Lupus juga tidak dapat dicegah. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terkena lupus atau mencegah kambuhnya keluhan dan gejala. Contohnya adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat, menghindari pemicu lupus, dan melakukan kontrol kesehatan ke dokter secara berkala.

Lupus tidak selalu dapat dicegah. Namun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya lupus atau mencegah kekambuhannya, yaitu:

  • Menghindari paparan sinar matahari langsung, terutama pada siang hari
  • Mengelola stres dengan cara yang positif, misalnya dengan yoga atau cukup beristirahat
  • Melakukan aktivitas fisik secara rutin
  • Berusaha menurunkan risiko terkena infeksi, misalnya dengan menerapkan gaya hidup yang bersih dan rutin cuci tangan
  • Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang
  • Tidak merokok
  • Mencukupi waktu tidur dan istirahat
  • Melakukan kontrol rutin ke dokter, terutama bila pernah terkena lupus atau memiliki keluarga dengan kondisi serupa
Terakhir diperbarui: 26 April 2022
Ditinjau oleh: dr. Pittara
Referensi

Jha, S., et al. (2022). Systemic Lupus Erythematosus and Cardiovascular Disease. Cureus, 14(2), pp. 1–12.
Fava, A., & Petri, M. (2019). Systemic Lupus Erythematosus: Diagnosis and Clinical Management. Journal of Autoimmunity, 96, pp. 1–13.
National Institutes of Health (2022). MedlinePlus. Lupus.
Cleveland Clinic (2021). Disease & Conditions. Lupus (Systemic Lupus Erythematosus).
Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Lupus.
Normandin, B. Healthline (2022). Everything You Need to Know About Lupus.
Pichardo, G. WebMD (2020). Lupus.

Referensi: https://www.alodokter.com/lupus

Vidio tentang Lupus: 


Selasa, 06 Juni 2023

Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim. Tergantung lokasi menempelnya sel telur, gejala kehamilan ektopik dapat menyerupai gejala pada penyakit usus buntu. Apabila tidak segera ditangani, kehamilan ektopik dapat berakibat fatal bagi ibu.

Kehamilan berawal dari sel telur yang telah dibuahi oleh sel sperma. Pada proses kehamilan normal, sel telur yang telah dibuahi akan menetap di saluran indung telur (tuba falopi) sebelum dilepaskan ke rahim. Selanjutnya, sel telur akan menempel di rahim dan terus berkembang hingga masa persalinan tiba.


Sementara pada kehamilan ektopik atau hamil di luar kandungan, sel telur yang telah dibuahi tidak menempel di rahim.

Kehamilan ektopik sering terjadi di tuba falopi. Selain itu, kondisi ini juga bisa terjadi di indung telur, leher rahim (serviks) atau rongga perut.

Penyebab Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik umumnya terjadi akibat kerusakan pada tuba falopi. Kerusakan ini membuat tuba falopi menyempit atau tersumbat sehingga pergerakan sel telur ke rahim terhambat.

Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kerusakan pada tuba falopi adalah:

  • Endometriosis
  • Penyakit radang panggul
  • Gangguan keseimbangan hormon
  • Kelainan bawaan lahir pada tuba falopi
  • Terbentuknya jaringan parut akibat prosedur medis pada kandungan

Faktor Risiko Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik dapat dialami oleh setiap wanita yang aktif secara seksual. Namun, ada faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik, yaitu:

  • Hamil di usia 35 tahun atau lebih
  • Penyakit menular seksual, seperti gonore dan chlamydia
  • Hamil di luar kandungan sebelumnya
  • Riwayat operasi, seperti aborsi, sterilisasi pada wanita, dan operasi di area panggul atau perut
  • Program bayi tabung
  • Penggunaan alat kontrasepsi spiral (IUD)
  • Kebiasaan merokok

Gejala Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik cenderung tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Tanda awal kehamilan ektopik serupa dengan kehamilan biasa, seperti mual, payudara mengeras, dan menstruasi terhenti.

Sedangkan pada tahap lanjut, penderita kehamilan ektopik umumnya mengalami nyeri perut dan perdarahan dari vagina. Gejala-gejala tersebut akan terasa makin parah seiring waktu. Terkadang, gejala nyeri perut akibat kehamilan ektopik juga hampir sama dengan gejala usus buntu.

Kapan harus ke dokter

Segera periksakan diri ke dokter bila Anda mengalami gejala di atas, terutama bila Anda mengetahui sedang hamil tetapi masih menggunakan alat kontrasepsi. Anda juga dianjurkan untuk segera memeriksakan diri bila mengalami sejumlah keluhan berikut:

  • Nyeri hebat di bagian panggul, bahu, atau leher
  • Nyeri di salah satu sisi bagian bawah perut yang memburuk seiring waktu
  • Perdarahan ringan hingga berat dari vagina, dengan warna darah yang bisa lebih gelap dari darah menstruasi
  • Pusing atau lemas

Diagnosis Kehamilan Ektopik

Dokter akan terlebih dahulu melakukan tanya jawab, terutama terkait hari pertama haid terakhir pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut:

  • Tes kehamilan melalui urine dengan menggunakan test pack
  • Tes kehamilan melalui darah, untuk mengukur kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG)
  • USG transvaginal dan perut, untuk memastikan lokasi kehamilan ektopik

Pengobatan Kehamilan Ektopik

Perlu diketahui bahwa janin pada kehamilan ektopik tidak dapat berkembang dengan normal. Kondisi ini bisa mengancam jiwa ibu hamil dan harus segera ditangani.

Tergantung pada perkembangan kehamilan dan lokasi menempelnya sel telur, dokter dapat menangani kehamilan ektopik dengan obat-obatan atau operasi. Berikut adalah penjelasannya:

Obat suntik

Suntik methotrexate dapat diberikan untuk menghentikan kehamilan ektopik tahap awal. Setelah pemberian suntikan, dokter akan memantau kadar hormon hCG dalam darah tiap 2–3 hari hingga kadarnya menurun. Menurunnya kadar hCG menandakan kehamilan sudah tidak lagi berkembang.

Operasi laparoskopi

Kehamilan ektopik bisa merusak tuba falopi dan jaringan sekitarnya. Jika salah satu atau kedua tuba falopi rusak, dokter akan melakukan operasi laparoskopi untuk mengangkat tupa falopi tersebut.

Namun, bila memungkinkan, bagian tuba falopi tersebut cukup diperbaiki tanpa harus diangkat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan peluang hamil di kemudian hari.

Operasi laparotomi

Pada pasien kehamilan ektopik yang mengalami perdarahan berat, dokter akan melakukan tindakan darurat berupa operasi laparotomi. Operasi ini dilakukan dengan membuat sayatan besar di perut sebagai jalan untuk mengangkat janin dan memperbaiki tuba falopi yang pecah.

Setelah pengobatan, dokter akan menyarankan pasien memberi jeda waktu 3 bulan sebelum merencanakan kehamilan berikutnya. Tujuannya adalah agar rahim pulih sempurna dan mengurangi risiko kehamilan ektopik terjadi lagi.

Pemulihan Mental Pada Orang Tua Pascakehamilan Ektopik

Meskipun singkat, kehamilan bisa membangun ikatan batin yang kuat antara orang tua dan calon anaknya. Oleh sebab itu, kehamilan yang gagal dapat menimbulkan rasa sedih yang teramat dalam. Kondisi ini bisa menimbulkan tekanan mental untuk waktu yang lama.

Oleh sebab itu, orang tua yang kehilangan bayinya akibat kehamilan ektopik dapat saling berbagi cerita dengan saudara, teman, atau orang dengan pengalaman yang sama. Jika cara tersebut tidak membantu, orang tua bisa berkonsultasi lebih lanjut dengan psikolog atau psikiater.

Komplikasi Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik dapat menyebabkan pecahnya tuba falopi. Kondisi ini berisiko menimbulkan komplikasi berupa perdarahan berat, syok, bahkan kematian.

Pencegahan Kehamilan Ektopik

Tidak ada cara untuk mencegah kehamilan ektopik. Meski demikian, ada upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya hamil di luar kandungan pada kehamilan berikutnya, antara lain:

  • Berhenti merokok
  • Menjaga berat badan ideal
  • Menghindari perilaku yang meningkatkan risiko terkena penyakit menular seksual
  • Menjalani pemeriksaan kesehatan kandungan secara rutin
Terakhir diperbarui: 29 Maret 2022
Ditinjau oleh: dr. Pittara
Referensi

Hendriks, E. (2020). Ectopic Pregnancy: Diagnosis and Management. American Family Physician, 101(10), pp. 599–606.
Lee, R. et al. (2018). Diagnosing Ectopic Pregnancy in the Emergency Setting. Ultrasonography, 37(1), pp. 78–87.
American Pregnancy Association (2022). Ectopic Pregnancy.
National Health Service UK (2018). Health A to Z. Ectopic Pregnancy.
Cleveland Clinic (2020). Disease & Conditions. Ectopic Pregnancy.
Mayo Clinic (2022). Diseases & Conditions. Ectopic Pregnancy.
Craig, S. Medscape (2018). Appendicitis Differential Diagnoses.
Dulay, A. MSD Manual (2020). Ectopic Pregnancy.
Family Doctor (2020). Ectopic Pregnancy.
Gurevich, R. Verywell Family (2020). Laparoscopy for Surgical Infertility Testing and Treatment.
Selner, M. Healthline (2018). Ectopic Pregnancy.
WebMD (2020). Ectopic (Extrauterine) Pregnancy.
Willacy, H. Patient (2021). Ectopic Pregnancy.

Sumber: https://www.alodokter.com/kehamilan-ektopik

Video tentang kehamilan ektopik : 



Organogenesis

 Organogenesis adalah sebuah rangkaian proses yang mengubah massa sel tak berbentuk menjadi organ yang lengkap dan fungsional.

Semua manusia bermula sebagai satu sel yang segera tumbuh menjadi embrio. Dalam ilmu embriologi, minggu ke-6 hingga ke-8 kehamilan ditandai dengan pertumbuhan dan diferensiasi jaringan menjadi organ. Proses ini disebut dengan organogenesis, di mana massa embrio berdiferensiasi menjadi organ dan jaringan janin yang lebih spesifik. Pada embrio, sel-sel yang belum berdiferensiasi ini mengekspresikan sejumlah gen spesifik selama proses organogenesis berlangsung. Ekspresi gen ini lantas menentukan jenis dan fungsi dari sel utama.

Di dalam embrio, massa sel terdiri dari 3 lapisan germinal, yakni ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Bagian terluar disebut dengan ektoderm, bagian terdalam disebut dengan endoderm, dan di antara keduanya disebut dengan mesoderm. Ketiga lapisan ini adalah cikal bakal berbagai organ yang akan terbentuk selama proses organogenesis.

Secara spesifik:

  • Lapisan endoderm membentuk organ-organ saluran cerna dan pernapasan, termasuk kelenjar timus, paratiroid, kandung kemih, dan uretra.
  • Lapisan ektoderm membentuk organ kulit dan pelengkapnya, sistem saraf, dan sebagian dari organ sensorik.
  • Lapisan mesoderm membentuk sistem sirkulasi dan pembuluh darah, sistem limfatik, tulang, tulang rawan, otot, banyak organ dalam. Contohnya, ginjal, limpa, ureter, dan korteks adrenal (kelenjar anak ginjal).

Kapan organogensis dimulai?

Organogenesis terjadi sejak minggu ke-3 hingga ke-8 kehamilan. Periode ini disebut juga 

periode embrionik. Pada manusia, zigot (sel telur yang telah dibuahi) yang diploid 

(memiliki 23 pasang kromosom) dan bersel satu akan menjalani pembelahan sel berkali-kali 

hingga terbentuk bola sel yang disebut morula. Inilah tanda dari dimulainya tahap blastokista

Tahapan ini, yang dinamakan periode germinal, terjadi pada fase awal perkembangan embrio hingga 2 minggu sejak pembuahan. Setelah itu, blastokista akan berimplantasi ke dalam dinding rahim, dan selanjutnya dimulailah perkembangan embrio dalam tahapan yang disebut periode embrionik. Tahap ini berlanjut hingga minggu ke-8 pascapembuahan. Di akhir minggu ke-8, sistem-sistem organ telah berkembang, embrio tampak seperti manusia mini dan siap untuk bertumbuh dan berdiferensiasi lebih lanjut. Mulai minggu ke-9 dimulailah periode fetus yang berlangsung hingga janin dilahirkan.

terjadinya organogenesis

Tahap-tahap perkembangan organ pada embrio

  • Sistem kardiovaskular

Organ yang pertama kali berkembang selama proses organogenesis adalah sistem kardiovaskular. Di minggu ke-4 kehamilan, telah terbentuk empat bilik jantung, sedangkan di minggu ke-6 terjadi pemisahan aliran pembuluh darah yang keluar dari jantung dan turunnya posisi jantung (dan paru) ke dalam rongga dada. Pemisahan aliran pembuluh darah ini membagi trunkus arteriosus menjadi aorta asendens dan arteri pulmonalis. Secara anatomis, aorta dan arteri pulmonalis yang menuju paru-paru ini terlihat saling melilit di atas jantung. 

  • Perkembangan paru

Perkembangan paru dimulai sejak periode embrionik hingga periode fetus dan berlanjut hingga janin dilahirkan. Di periode embrionik awal, paru mulai berkembang ketika tunas paru kanan dan kiri terbentuk dari sebuah kantung yang menonjol, disebut dengan divertikulum pernapasan. Tunas ini membesar dan bercabang membentuk pohon pernapasan (bronkus). Di minggu ke-5 hingga ke-7 kehamilan, terbentuk dua lapisan pembungkus paru (pleura), yakni pleura viseral dan parietal. Keduanya berasal dari lapisan mesoderm. Pleura viseral melingkupi pohon bronkus yang sedang berkembang, sedangkan pleura parietal melingkupi dinding dada bagian dalam. Sebuah selaput, yang disebut selaput pleuroperitoneal terbentuk dan menyatu dengan diafragma, lapisan otot yang memisahkan rongga dada dan rongga perut. 

  • Sistem pencernaan

Minggu ke-6 hingga ke-8 kehamilan merupakan periode kritis bagi perkembangan sistem saluran cerna. Tunas yang disebut dengan primitive gut terbagi menjadi tiga bagian, yakni foregut (anterior/bagian depan), midgut (bagian tengah), dan hindgut (posterior/bagian belakang). Foregut akan membentuk saluran cerna dari rongga mulut hingga ke bagian awal usus dua belas jari, midgut dari pertengahan usus dua belas jari hingga dua per tiga usus besar, dan hindgut dari sepertiga usus besar lanjutannya ke bagian atas anus.

Di awal periode embrionik, rongga usus dua belas jari tertutup oleh sel-sel epitel. Minggu ke-6 hingga ke-8 penting dalam proses pembentuk rongga usus, kala usus dua belas jari semakin membesar ukurannya. Bukaan pada anus terbentuk melalui penguraian selaput kloaka di minggu ke-7.

Organ pankreas berasal dari lapisan endoderm dan berkembang melalui tumbuhnya tunas pankreas dorsal dan ventral. Tunas ini muncul sebagai pertumbuhan keluar dari usus dua belas jari. Proses pada minggu ke-7 ini penting karena tunas dorsal dan ventral menyatu kala ini. Di samping itu, tunas pankreas ventral mengalami rotasi 180 derajat searah jarum jam di sekitar usus dua belas jari. Mekanisme ini penting untuk perkembangan pankreas yang tepat. Ketika proses ini tidak terjadi, bisa terjadi cacat bawaan lahir.

Organ lain yang juga berkembang cepat di periode embrionik adalah organ hati. Kemunculan pertamanya adalah pada minggu ke-3 kehamilan dan mengalami proses tumbuh cepat pada minggu ke-5 hingga ke-10. Arteri hepatika muncul di minggu ke-8.

  • Sistem saraf

Tabung saraf menutup sekitar minggu ke-4 kehamilan dan merupakan cikal bakal dari otak dan saraf tulang belakang. Selama minggu ke-5 hingga ke-8, sistem saraf pusat mengalami perkembangan vesikel, yakni prekursor dari berbagai struktur otak seperti otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Secara embriologis, ketiga struktur ini juga disebut dengan prosensefalon, mesensefalon, dan rombensefalon. Prosensefalon selanjutnya berkembang menjadi diensefalon, dan telensefalon. Diensefalon akan berkembang menjadi talamus, hipotalamus, mangkuk optik, dan neurohipofisis. Sedangkan telensefalon tumbuh mengelilingi diensefalon, otak tengah, dan otak belakang. Mesensefalon akan membentuk akuaduktus Sylvius, kolikulus superior dan inferior, serta tegmentum. Rombensefalon akan membentuk ventrikel keempat dan metensefalon, struktur yang nantinya berkembang menjadi pons dan otak kecil.

  • Organ lainnya

Banyak organ lain berkembang selama minggu ke-6 hingga ke-8, termasuk kelenjar pituitari (hipofisis), timus, dan korteks adrenal. Di minggu ke-7, embrio tampak seperti huruf C. Di minggu ini juga, retina mata mulai berkembang. Sementara itu, anggota tubuh atas dan bawah terus tumbuh. Termasuk, struktur wajah seperti lubang hidung, kelopak mata, telinga luar, bibir, dan langit-langit mulut (palatum). Kontur kepala dan wajah juga mulai tampak.

Kelainan yang bisa terjadi

Selama organogenesis, janin paling rentan terhadap paparan teratogen, yakni bahan kimia, agen infeksi, atau paparan lingkungan lainnya yang dapat mengganggu perkembangan normal janin dan menyebabkan kelainan bawaan. Teratogen yang paling umum adalah paparan alkohol dalam rahim, berpotensi menyebabkan fetal alcohol syndrome yang menimbulkan retardasi pertumbuhan, kelainan saraf dan perilaku, serta kelainan bentuk wajah (dismorfik). Kelainan wajah tampak sebagai lipatan kelopak mata yang pendek, bibir atas tipis, dan filtrum (lekukan bibir atas) yang halus.

Beberapa kelainan bawaan lain yang bisa terjadi, yakni:

  • Bibir sumbing. Ini adalah kelainan bawaan lahir yang paling sering ditemukan. Bibir sumbing bisa disertai dengan tidak menutupnya langit-langit mulut.
  • Omfalokel, yakni kelainan yang jarang dan biasanya berhubungan dengan kelainan bawaan lainnya, seperti trisomi 13, 18, dan 21. Pada bayi baru lahir, omfalokel tampak sebagai isi perut yang menonjol melalui umbilikus (pusar). Isi perut dapat berupa lingkaran usus, atau organ perut lainnya seperti hati, dan dikelilingi oleh kantung tipis yang transparan.
  • Gastroskisis. Ini adalah kelainan bawaan lahir yang terjadi akibat kegagalan penyatuan dari kedua lipatan samping dinding perut depan. Berbeda dengan omfalokel, gastroskisis pada bayi baru lahir tampak sebagai isi perut yang menonjol di sebelah umbilikus dan tidak terbungkus oleh kantung.


Referensi:
  • Donovan MF, Cascella M. Embryology, Weeks 6-8. [Updated 2022 Oct 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. URL: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563181/
  • 43.6A: Organogenesis. [Updated 2022 Jun 9]. In: LibreTexts Biology. URL: https://bio.libretexts.org/Bookshelves/Introductory_and_General_Biology/Book%3A_General_Biology_(Boundless)/43%3A_Animal_Reproduction_and_Development/43.06%3A_Organogenesis_and_Vertebrate_Formation/43.6A%3A_Organogenesis 
  • An Overview of Organogensis. [Updated 2022 Jan 21]. URL: https://study.com/learn/lesson/organogenesis-overview-examples.html 
  • Sadler TW. (2015). Third to eighth weeks: the embryonic period, Chapter 9. In: Sadler TW
  • (ed) Langman’s medical embryology, 13th ed. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.

Sumber: https://bocahindonesia.com/organogenesis/

Video tentang organogenesis:



Penyebab, Faktor risiko dari Lupus

Penyebab Lupus Lupus merupakan penyakit autoimun. Kondisi ini terjadi saat sistem imun yang seharusnya melindungi tubuh dari infeksi atau ce...